Kamis, 01 Desember 2011

Sejak Biru disebut Hijau

Senja kala itu~

     Seperti biasanya aktivitas galau yang sering dilakukan remaja ya itu-itu saja. Telentang sambil menatap langit-langit kamar memikirkan apa yang seharusnya tidak dipikirkan (re: mantan pacar, cinta diujung tanduk, cinta bertepuk sebelah tangan, gebetan diembat orang, minder faktor ketampanan/kecantikan). Aku berusaha berlaku sebagai remaja sehat pada umumnya, oleh karena itu galaupun menjadi menu santapan sehari-hari. Menatap layar gadget → Berharap getar → 1 kotak masuk diterima → XL Info → Buang dan kubur gadget dalam-dalam. Sore itu aku habiskan waktu untuk bergalau ria. Ditemani dengan playlist yang memutar Someone Like You-Adele memantapkan aksi galauku saat itu, alhasil predikat remaja sehat wajib galau sudah ku gandrungi.

     Volume max dengan setting bass yang setara mengkombinasikan genre hip hop pada playlist selanjutnya. Tapi nampaknya suara gaduh dari headset cantikku ini masih bisa tersaingi oleh alunan teriakan dari Ibuku. Vibra suaranya yang melengking mampu menembus tebalnya dinding busa headsetku, sungguh kemampuan suara yang tiada tara. 

Mama  : "Ndukkkkkkkk!?" *kaca bergetar*
Aku      : "Ya Ma?" *menoleh santai*
Mama  : "Tolong ambilken kerudung Ijo, buruan!" *nada garang*

Ini yang nyesek. Menyuruh dengan nada garang dan melengking. Demi apa coba? Salah apa coba? Sebagai anak yang (berusaha) baik dan gemar menabung, aku iyakan saja seruan Ibuku.

Aku      : "Ini?!"
Mama  : "Yang Ijooooooooo ijo, yang ijo itu!" 

Oh mungkin aku yang tledor, ini hijau muda, oh mungkin beda dengan hijau yang satunya. Segera kerudung hijau tua aku sibakkan ke muka (re: hadapan) Ibu.
thinking

Aku       : "Nyahhhhhh, ini kan?!"
Mama  : "Deneng diprentah rak dong nemen nduk?! (baca: kok disuruh nggak mudeng 
               banget?)
Aku       : "Apa coba? Muda salah tua ya rak beda. Ini yang warna ijo Ma."

Sejak kapan penglihatanku kacau begini. Ini hijau dan ini yang muda sedangkan ini tua. Atau mungkin. Aku rabunisme? Entahlah. 

Mama  : *datang sambil menyodorkan kerudung impiannya* "Iki nduk kerudung Ijo~"
Aku      : "Lah si? Itu mah biru, ini ijooooooo."
Mama  : *Ah koe ki ngawur, nang ngendi2 iki sing ijo, sing dimaksud Mama ya ijo sing iki~" 
               *menyodorkan kerudung biru*
Aku       : *melakukan gencatan (re: pembelaan argumen)* "Kui biru Ma, biruuuuuuuuu."
Aku       : "Lah nek yang dipake Mama kerudung ijo, nah sing iki kerudung warna apa Ma?"
               *menyodorkan kerudung hijau muda dan tua*
throw up
Mama : &*&*(^)&%$%#%$@?!!!

Sederhana, dan fatalnya jika hal ini terjadi ditempat umum akan menjadi bumerang diri sendiri.

Faktanya Ibu saya lebih suka menyebut warna hijau, padahal biru. Soklat, yang benar coklat. Jambon, seharusnya pink ╮(╯_╰)╭

Dan ini mungkin akan selalu terjadi.
Kebiasaan pelafalan kata, frasa, dan kalimat yang (mungkin) salah.
Fatal-fatal akibatnya jika menjadi macam ini : Pak Pulisi yang berbaju soklat itu membawa pistul.

Dan ini tambahan lagi kasus-kasus yang sering terjadi di kehidupan manusia pada umumnya.

Numpak motor honda yamaha. Yang bener honda atau yamaha? Atau motor = honda? Jadi honda yamaha = motor yamaha?

Tumbas sarimi sedaap. Yang dimaksud sarimi dan mie sedaap? Atau mie merek mie sedaap? Atau hanya sarimi?

 Apa kata dunia?
damn

Belum lagi kasus-kasus selanjutnya. Yang masih perlu dipertanyakan kebenaran dan kelayakannya. 

5 komentar:

  1. puteh untuk putih terus sirup itu jadi strup hahaha

    BalasHapus
  2. @#7 : loh? di daerah saya sirup = orson, untuk semua jenis sirup. jadi sirup marjan = orson marjan :D

    @Panjat pinUnk : wah kenal toh? :D

    BalasHapus
  3. haha sungguhpun kebiasaan orang dulu itu perlu dilestarikan (y)

    BalasHapus