#August 2010
#September 2010
#October 2010
#November 2010
#December 2010
#January 2011
#February 2011
#March 2011
#April 2011
#May 2011
#June 2011
#July 2♥11
#August 2011
#December 2011
16 Januari 2012, rutinitas monoton seperti biasa, bel akhir pelajaran di Majlis (baca; sekolah) berdentum sedikit lebih awal dari biasanya, jadwal pulang dari Majlis dan jadwal perndopokan antar sesama pelajar Majlis otomatis maju menjadi lebih awal pula. Dan ini sebuah anugerah terindah selama masih menjadi anggota resmi Majlis yang berada tidak jauh dari pusat kota, pusat persewaan odong-odong dan wahana paud lainnya, pulang awal dan bercengkrama dengan kasur lebih awal.
Kebetulan viar (baca; motor) klewus dan topi keledai (baca; helm) setia nemenin gue di hari anugerah itu, 16 Januari 2012, dengan begitu gue nggak perlu matung dan luntang-lantung di pinggir jalan nunggu angkutan umum yang belum pasti kejelasan juga kelayakannya, angkutan mewah, atau angkutan aroma gesek pantai selatan. Yang jelas hari itu gue absen dari Modista, Bintang, Dua Dara, dan terbebas jebakan maut dari angkutan yang fisiknya menipu, tampak berkilau dari luar, tapi ladang gesek pantai dalamnya.
Kurang dari 25 menit jarak kamar dari gerbang Majlis tempat gue belajar bareng guru-guru terkasihi. Begitu sampe rumah, mata ini menjadi 3x lebih fokus ke kamar yang dari kejauhan berkilau dan disitu tersedia fasilitas seperangkat kasur empuk + bantal guling yang menggoda. Langsung gue rebahin badan dan update lewat stupid phone tentang suasana hati siang itu. Rencana tidur siang berkelanjutan jadi tidur sore dan jadi tidur setengah sore-malam, jam 7 malem gue bangun, sengaja gue siapin kapasitas mata 15 watt lebih kuat dari biasanya buat begadang malemnya. Kebetulan nyokap ada urusan pereibu-ibuan jadi harus pergi dan gue ditinggal kurang lebih 2 hari. Sendiri.
Takut. Tempat tinggal gue ada di gang yang begitu keluar rumah bisa liat pemakaman yang terbentang luas di depan jidat. Iya, gue sendiri, kebetulan hujan, dan kelaparan yang mendewa bujana. Masalah pocong/hantu bungkus/candy jump atau kuntilanak/hantu kutilan yang gendong anak sebenernya bukan alasan primer kenapa gue takut. Justru gue takut karena penyandang predikat 'pecinta kasur sejati' masih dipegang gue. Apalagi malem itu hujan turun dengan manjanya, dan ini memperkuat kemungkinan gue bangun siang sepersekian persen. Gue susah merem. Ternyata godaan bantal masih kalah saing. Begadang-Rhoma Irama.
Semua usaha. Stupid phone sengaja gue setting anti kalem, volume maksimal soalnya gue sadar punya masalah terkronis yang mengakar ke otak dan susah buat diilangin, gue khawatir penyakit kronis ini mendarah daging dan jatuh diketurunan selanjutnya, susah bangun, semacam orang tewas ketika terlelap. Bahaya.
Mungkin Dewi Fortuna sedang berkencan dengan Dewa Bujana. Keberuntungan meleset jauh. GUE KESIANGAN. 10.03!!!!!!!!! Oh *scream
Masih setengah jiwa, sebagian absen ke dunia, dan kesadaran gue yang sebagian masih di alam fana. Sambil kucek mata, sambil ngibasin poni, sambil senam otot (re; ngulet) gue melirik ke jam dinding butut yang baru sehari jatuh dan menimbulkan kerusakan fatal, kaca pecah tambahan jarum-jarumnya keriting, tapi masih setia gue pajang walaupun penunjuk waktunya sedikit rancu akibat jarum yang keriting-keriting. Reflek. Gue bangun dan terjun dari kasur langsung berdiri. Ibarat gerakan tersengat aliran listrik. Kaget dan tegang. Antara bingung, takut, dan bingung kemudian takut lagi. Gue kibasin poni lagi. Dan ini nyata gue kesiangan.
Gue ambil seribu langkah atau langkah seribu, gue kurang paham. Yang jelas bingung ini meningkat begitu liat stupid phone. 15 pesan masuk. 9 panggilan tak terjawab. Itu semua dari nyokap, bokap, dan pelajar satu Majlis gue. Galau.
- Antara gue langsung berangkat ke Majlis dan bawa seragam terus mandi cuci kakus di kamar mandi Majlis itu juga,
- atau gue siap-siap berangkat dan begitu sampe gue pura-pura mati di depan BK dengan begitu gue bisa dilarikan cepat siaga ke UKS dan otomatis gue bebas dari pertanyaan-pertanyaan eksekusi maut,
- atau yang terakhir gue pura-pura amnesia kemudian tidur dan kembali bercengkrama dengan kasur berkilau.
Mencoba santai. Dan sambil putar otak, membuat alasan sedang apa dan dimana. Alhasil gue buat alasan semu, pura-pura mendadak sakit kepala sebelah atau mimisan dan berdarah-darah? Gue pilih (pura-pura) sakit karena lebih rasional dan alasannya sedikit elite.
Tentang hari ini yang gagal ulangan akuntansi. Presentasi mapel dari guru Sunda. Dan gagal. Tapi, gue masih unggul, piala nominasi 'pelajar terbego dan pecinta kasur sejati' masih jatuh di tangan gue. Sukses menggantikan tugas asisten nyokap hari ini.
☑ Nyapu ☑ Ngepel ☑ Cuci-cuci ☑ Jemur-jemur
"Kok nama panggilannya nggak ada di nama asli?"
"Bisanya dipanggil Mila?"
"Siapa yang ngasih nama? Bapak kamu?"
"Bapak kamu...Bapak kamu...?"