Minggu, 26 Agustus 2012

Rabu, 22 Agustus 2012

Salah 1 Sifat Buruk Cewek/Wanita

Salah satu sifat buruk cewek/wanita...
Cewek/wanita? Iya, bisa cewek, bisa wanita. Cewek/wanita memang sama-sama satu gender. Yang membedakan ialah sifat, pola pikir mereka, tingkah dan laku diantara keduanya. Oke, kurang paham maksudnya? Klik disini.

   Sekali lagi cewek/wanita sama halnya dengan cowok/pria, kedua gender ini pasti mempunyai banyak sifat buruk, entah yang permanen, semi permanen, ataupun moody.
    Karena takdir yang digariskan penulis terlahir sebagai perempuan tulen dan sampai saat ini masih belum nampak tanda-tanda transgender, maka kali ini akan membahas tentang cewek/wanita yang emm memang dikutip dari pengalaman pribadi *ups!

Nah! Dari sekian banyak sifat buruk cewek/wanita, ada satu yang dominan. Dominan? Mungkin lebih tepat 'yang sering dijumpai dalam tabir perasmaraan' #okeiniabsurd

Cewek/wanita itu "Selalu memancing ingin dibohongi tetapi..."

Ingin dibohongi, tetapi akan sangat marah apalagi jika do'i/gebetan/kekasihnya ketahuan berbohong. Kok bisa? ...sangat bisa! Misalnya saja dengan sebuah pertanyaan yang mungkin bagi kaum Adam masuk kategori pertanyaan berat, menyangkut dunia akherat jika berbohong, dan menyangkut nasib akan menjadi jomblo lapuk jika berkata apa adanya. "Aku gemuk nggak sih?", pertanyaan ini bisa membuat Si Cowok tahan napas sepersekian detik. "Aku gemuk nggak sih?", pertanyaan yang sama untuk kedua kalinya berhasil mengkembang kempiskan hidung Si Cowok. 

Sebenarnya di relung yang terdalam setiap pasangan tentu ingin membahagiakan dia-yang-tersayang. "Nggak kok kamu tetep yang tercantik..." yaaa pantas saja, cewek mana yang pipinya tidak langsung semerah tomat begitu do'i/gebetan/kekasihnya berkata demikian. Tetapi, sebenarnya kalian perlu bersyukur jika bertemu pasangan yang akan mengatakan mentah-mentah "Iya kamu gemuk, solusi terbaiknya ya kamu harus olahraga! Aku akan menemanimu..."

Jadi? Lebih telak mana yang mengena di hati? :)

Minggu, 12 Agustus 2012

Iya

"Kapan sih kamu bilang 'iya' ke aku?"
Kalimat yang sama dengan berbagai versi emoticonpun tetap bermakna sama. Dalam. Aku juga belum begitu paham berapa banyak kalimat itu terulang. Yang pasti sudah ke sekian kalinya. Mungkin 1, 2, atau kelipatannya, tapi semua itu bisa jadi berhasil mencairkan suasana yang sebelumnya aku malas untuk mengetik kata 'cinta'. Yang katanya cinta tak harus memiliki, iya! Yang katanya aku seneng liat kamu seneng, iya! Yang seharusnya kita lakukan adalah lakukan yang terbaik untuk yang tersayang. Entah masa lalumu, hari ini, masa yang akan datang. Aku sayang kamu itu semu tanpa ada realisasi dari objeknya. Aku suka kamu itu pasif tanpa ada aksi dan reaksi. Oke! Tidak selamanya pernyataan yang tulus mendapatkan timbal balik yang mulus juga. Bisa sangat menyakitkan, perih dan apapun sakit yang sulit untuk ditafsirkan.
"Kapan sih kamu bilang 'iya' ke aku?"
Iya, maaf.

Sabtu, 11 Agustus 2012

Jumat, 10 Agustus 2012

Karena Cinta Itu Emosi Bukan Definisi

1 potek terakhir cokelat ini mungkin bisa mewakili sepersekian emosi yang belum sempat tersampaikan. Aku merebah. Memberi kesempatan benang kusut untuk terurai dengan sendirinya di otak. Masih di zona nyaman, sekali lagi aku mulai memberi kesempatan benang itu untuk merangkai imajinasi dengan posisi saat itu yang sangat mendukung, memandang langit-langit kamar dan masih dengan playlist musik klasik menenangkan.
Musik ini seakan menuntunku untuk memaksa memutar memori yang sempat terekam.
Hari ini, tentang sebatang cokelat yang tidak lebih panjang dari mistarku tapi berhasil mengarahkanku untuk kembali ke kosa kata sederhana, 'cinta'. Siapapun yang pernah jatuh karena cinta tidak akan pernah bisa mendefinisikan apa dan mengapa cintanya bisa jatuh di sebuah objek. Karena cinta itu emosi bukan definisi, dan berdebat tentang cinta tidak akan berujung. Itu anugerah, katanya. Semua objek berhak merasakan dan menyampaikan rasa yang selama ini menjadi alasan untuk tersenyum. Menyampaikan dengan takaran yang pas.
Mengubah bahasa hati lewat frasa, kalimat, menjurus ke alinea penuh makna untuk dia yang tersayang. Bukan hal mudah menyampaikan apa yang sebenarnya hati rasakan.  Butuh nyali yang benar-benar 'laki'. Butuh emosi yang bisa menyampaikan tepat mengena di relung hatinya. Bukan sekedar berani merealisasikan lewat tutur kata yang terurai. Bukan sekedar aku suka kamu. Apalagi tentang... ya, semua gombalan dari penjilat lihai.
Ketika hati mengeja, mataku membaca lalu membayangkan dan menafsirkan makna terdalam lewat matanya. Tentang sebuah rasa yang lama berkerak saat itu meletup meledak dan tersampaikan lewat mata yang bicara. Benar-benar emosi dari hati tercermin dari sepasang bola matanya. Aku yakin kali pertama. Benar-benar sebuah rasa yang sudah terlanjur terpalung dalam.
Diam memaksaku untuk mengabaikan kode hati, ketika penyesalan yang ada sempat melintas. Melewatkan apa yang seharusnya bisa benar-benar merasakan sebuah ketulusan.
Menyesal. Menyesal. Menyesal tidak bisa memberi timbal balik yang serupa untuk sebuah emosi. Menyesal membiarkan harus ada yang merasakan perih untuk kesekian kalinya. Menyesal.
Entah helaan nafas ke berapa yang mengiringi, entah harus berapa lama menghela sedangkan semakin lama semakin tidak bisa diungkapkan. Speechless. Untuk skenario hari ini setidaknya emosi yang terpalung itu sempat meledak walaupun objek benar-benar mengecewakan. Menghancurkan skenario yang seharusnya termanis.
Maaf untuk lukanya. Untuk siapapun objeknya lakukan yang terbaik untuk dia yang tersayang. Untuk apapun timbal balik yang kalian terima, kalian hebat setidaknya berani keluar dari zona pecundang. Untuk kesempatannya setidaknya terima kasih sempat merealisasikan. Untuk siapapun yang kalian harapkan, untuk siapapun yang kalian cinta. Lakukan sebelum penyesalan datang.

Rabu, 08 Agustus 2012

Perbedaan Itu Indah, katanya.

Seharga benggol kerikan belum cukup untuk membeli beberapa lembar folio hanya untuk mendeskripsikan masing-masing spesies. Kanan, atau kiri, bisa jadi salah satu dari keduanya merupakan penganut kanibalisme. Bukan sejenis tikus gurun yang mengunyah cindil tikus masing-masing. Demi memanusiakan manusia, kanibalisme yang dimaksud yaitu 'teman makan teman'.

Hati orang siapa yang tahu. Wujud, belah poni, tatanan wajah, gurat senyum berbeda, peradaban pun berbeda.

Mungkin butuh kursus merangkai tulang demi tulang, sendi demi sendi, melewati nadi menjurus ke rasa dan selera. Selalu berusaha membentuk sebuah peradaban baru dengan pemikiran dinamis. Memanipulasi yang berbeda agar selalu terlihat menyatu juga selaras.

Bukan tentang seberapa lama proses, seberapa sering memenangkan argumen, apalagi tentang seberapa elegan pose dalam mencapai sebuah lompatan.

Dari kanan ke kiri berusaha menjaga panas suhu bumi, dengan pose tarian pemanggil hujan, semacam makhluk anti gravitasi, armada besar menuju peradaban herbivora, selalu mengedepankan penumpang selamat sampai tujuan dengan ojek race, yang setia dengan kerumpangan gendernya, dan dua terakhir, statis itu romantis.

Apapun emosinya... Perbedaan itu indah.